memeluk senja, untuk sebuah nama

... tanggal dua puluh enam juni dua ribu sebelas.. tepat dua hari yang sudah lewat..


Sayup-sayup ku dengar bisik sang bayu

ketika hening memeluk gulita.

Gemerlap bintang hiasi angkasa raya yang tampak tenang.

Binar wajah rembulan tersenyum sendu pada semesta alam.


Aku masih di sini. Merenung dalam kebisuan hati yang selalu bertanya pada jiwa yang lelah.

Entahlah!

Semilir angin menerpa raga yang rapuh telanjang dalam angan yang selalu menjelma dalam mimpi pembaringan yang tak pernah bosan menopang jasad yang lelah dalam sebuah penantian panjang.

Segenggam terkepal agar mimpi menjadikannya kenyataan. Andai semua dapat kuraih dengan mudah bak tapak tangan ku balikkan tanpa meneteskan peluh yang bosan mengeluh.

Seperti bibir yang bosan mengecap serta telinga yang bosan mendengar. Haruskah angan terkubur oleh jenuh..? Seperti mentari yang selalu menghentikan mimpi.

Bagai senja yang berlalu tanpa kata. Rasa ini membunuh jiwa,memasung palung hati,melumpuhkan setiap saraf ku. Tiada kuasa ku menanti untuk miliki mu seutuhnya,tak kuasa ku di batasi pagar berduri.

Aku ingin miliki mu seutuhnya,tanpa rasa ragu tuk memeluk,tiada was was ketika kunikmati setiap lekuk tubuh mu.

Saat ku jamah jantung hati mu,saat kunikmati setiap kecup bibir mu dan hangat pelukkan mu.

..dan seperti yang selalu ingin aku katakan bahwa biarkan aku menjadi senja dan kau adalah kunang-kunangku.. dalam gelappun kita bisa selalu berbagi..

dan aku pun tak pernah takut untuk tersesat lagi, karena aku tahu cahaya mungilmu selalu ada untukku..





kamar mungil, menjelang tengah malam..

0 komentar:

Posting Komentar